Terima Kasih atas Kunjungannya

Senin, 02 Mei 2011

Potensi persawahan Sumatera Selatan

Provinsi Sumatera Selatan terletak di lereng timur bagian selatan pulau Sumatera antara 1 o - 4 o. LS dan 102 o - 108 o BT dengan luas 9.716.800 ha. Sumberdaya lahan Sumatera Selatan yang berada di lereng sebelah timur deretan pegunungan Bukit Barisan mengarah ke utara membentuk lereng tunggal sampai pada Selat Malaka (Selat Bangka). Arah lereng tunggal ke utara dan berada di lintang selatan memberi peluang pasokan sinar matahari sebagai sumber energi fotosintesa untuk produksi pertanian cukup besar. Selain itu sebagian besar Sumsel beriklim basah (tipe hujan A) dengan curah hujan tahunan >2.000 mm dan bulan kering hanya pada bulan Juli namun masih memiliki curah hujan >50 mm (Gambar 1). Dengan hamparan sumberdaya lahan Sumatera Selatan yang luas dengan arah lereng tunggal dan memiliki curah hujan tinggi tanpa bulan tanpa hujan sangat potensial untuk pengembangan pertanian. Ritung et al. (2004) menyatakan bahwa Sumatera Selatan merupakan wilayah potensial kedua setelah Papua untuk pengembangan sawah dengan luas lahan 1,4 juta ha di dataran rendah dan 0,01 juta ha di dataran tinggi.
Di bagian selatan sebagai lereng atas merupakan daerah perbukitan dengan luas 769.000 ha (7,70%) dan ketinggian >100 m dpl. Lereng tengah sebagian besar berombak sampai berbukit dengan luas 3.107.000 ha mempunyai tinggi tempat 25 - 100 m dpl. Di bagian tengah dengan fisiografi berombak sampai datar banyak terdapat sungai dengan pola aliran sejajar dan berair sepanjang tahun. Pada daerah ini terdapat wilayah persawahan teknis dengan sarana irigasi dari Waduk Upper Komering dan juga beberapa bendung swadana yang dibangun sendiri oleh masyarakat setempat. Soepraptohardjo dan Suhardjo (1978) menyampaikan bahwa di pantai timur pulau Sumatera memiliki gradien elevasi sungai yang rendah, sehingga aliran air sungai lambat dan sungai-sungai lebih lama menahan air. Saat ini provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan baku irigasi 343.652 ha dengan 285.137 ha sudah dimanfaatkan sebagai lahan persawahan (Dinas PU Pengairan Sumsel, 2000). Sumber air pengairan selain dari bendung yang telah dibangun juga dari saluran irigasi alam yang tersebar cukup banyak dan merata di Sumsel. Pemanfaatan lahan untuk budidaya padi sawah dapat menurunkan tahanan tanah (soil strength) dan memperluas permukaan kontak, sehingga akar tanaman dapat mudah menyerap hara dan tumbuh lebih baik (Ghildyal, 1978). Perlakuan penggenangan pada padi sawah juga akan meningkatkan kelarutan P, sehingga akan tersedia bagi tanaman (Patrick and Reddy, 1978). Penggunaan lahan untuk padi sawah memiliki efektivitas yang tinggi untuk usahatani dan memberikan pendapatan yang baik bagi petani.
Tersedianya sawah di wilayah ini juga dapat berfungsi sebagai pengendali sedimen (sedimen trap), sehingga dapat mencegah pendangkalan badan-badan air dibawahnya. Lahan sawah memiliki multifungsi dalam bentuk mitigasi banjir, mengendalikan erosi dan sedimentasi, pendaur ulang sumberdaya air, mitigasi peningkatan suhu udara, penampung dan pendaur ulang sampah organik, mengurangi kadar nitrat air tanah, detoksifikasi kelebihan unsur hara dan residu pestisida, serta penambat karbon (Agus dan Irawan, 2004). Masalah yang masih dihadapi pada lahan sawah irigasi ini antara lain adalah (1) intensitas pertanaman (IP) masih rendah, (2) pada saat penyiapan lahan dan panen raya yang berlangsung serentak mengalami kekurangan tenaga kerja dan sulit memperoleh saprodi, (3) penggunaan alat mesin pertanian (traktor, RMU, box drier), tenaga kerja maupun infrastruktur tidak efektif, karena dalam 1 tahun hanya digunakan ± 3 bulan saat tanam dan panen, (4) harga jual gabah merosot saat panen raya dan penyediaan benih sangat kurang saat tanam serentak, dan (5) sistem tunda jual hasil padi tidak memberikan nilai tambah yang layak dan bahkan membutuhkan biaya tambahan, karena pemerintah menetapkan harga dasar sebagai penyangga sehingga harga gabah relatif sama.
Mengingat ketersediaan air hujan dan debit air maupun sebaran sungai di Sumsel yang cukup merata, pendekatan dengan sistem panen serentak yang selama ini dilakukan seperti halnya untuk sawah tadah hujan menjadi sangat kurang menguntungkan. Alternatif yang dapat ditempuh dapat dilakukan dengan sistem pertanaman berantai sepanjang waktu. Melalui sistem ini sebaran penggunaan air, curahan tenaga kerja, penggunaan alsintan, dan dukungan infrastruktur dari setiap wilayah kesatuan air irigasi dapat dimanfaatkan secara merata sepanjang waktu. Demikian pula tidak perlu adanya panen raya dan pendekatan jual tunda, dan kepada investor dapat melakukan transaksi setiap saat tanpa adanya kekawatiran terjadinya stagnasi produksi. Efektivitas usahatani menjadi lebih tinggi dan petani akan memperoleh harga jual produk yang baik, utamanya saat terjadinya off season untuk produksi padi di lahan kering ataupun lahan sawah tadah hujan. Untuk itu perlu dilakukan pencetakan sawah irigasi teknis baru di beberapa wilayah lahan kering datar yang memiliki akses air sungai/irigasi untuk dibangun bendung dan saluran irigasi.

4 komentar:

  1. TONI WIDIASTANTO
    05101007121
    AGROEKOTEKNOLOGI

    Suatu aset yang amat mengagumkan dari wilayah persawahan yang ada di Sumatera Selatan. Wilayah persawahan yang cukup luas yang dimiliki oleh Sumatera Selatan.

    Jika luas persawahan yang ada dapat memproduksi beras ataupun tanaman pangan yang lain. Maka bisa dipastikan sumatera selatan dapat menjadi provinsi yang dapat survive pangan sendiri. Bahkan dapat menjadi lumbung pangan kepulauan Sumatera.

    Namun, dalam kenyataannya hasil yang dicapai belum sesuai dengan yang diinginkan. Sebab hal ini dipengaruhi oleh saprodi yang belum memadai dan juga pola pertanian yang belum tepat guna menjadikan produksi pertanian di sumatera selatan belum mencapai taraf maksimal.

    Hal ini, merupakan suatu permaslahan bersama untuk menjadikan pertanian sumetera selatan menjadi lumbung produksi pangan di Indonesia "dalam cakupan yang luas". Konsep pertanian yang tepat guna sesuai dengan kondisi tanah dan juga keadaan persawahan Sumatera Selatan dapat menjadi suatu solusi global yang dapat menjadi terobosan untuk meningkatkan produksi pertanian di Sumatera Selatan.

    BalasHapus
  2. Nama : Zulmy Okfrianto
    Nim : 05101007115
    Prodi : Agroekoteknologi

    Potensi lahan pertanian di Sumatera Selatan ini memang cukup bagus, namun ada kabupaten yang sekaran kurang bagus untuk budidaya padi. Misalkan saja daerah inderalaya yang sebagian besar wilayahnya merupakan rawa-rawa. Sekarang ini belum ada upaya dari pemerintah untuk memanfaatkan daerah rawa tersebut. Karena menurut saya untuk mengolah lahan rawa menjadi lahan yang baik untuk budidaya tanaman padi dan tanaman palawija contohnya, memerlukan biaya yang cukup besar dan peralatan yang canggih. Pemerintah Sumatera Selatan ini belum ada atau tidak ada yang berani melakukan hal tersebut, karena biaya yang cukup besar dan harga alat-alat untuk mengolahnya pun terhitung mahal, sehingga banyak lahan rawa yang belum dimanfaatkan. Hal tersebut sangat …sangat disayangkan. Kalau saja ada orang yang mau dan berani mengolah lahan rawa tersebut, sangat besar kemungkinan perekonomian masyarakat di Indralaya ini akan lebih maju dari sekarang. Namun hal tersebut hanyalah khayalan semata.
    Tidak bisa dipungkiri bahwa peran pemerintah dalam memanfaatkan lahan-lahan rawa yang ada sangat minim, dengan kata lain bahwa pemerintah tidak akan peduli kalau mereka tidak mendapatkan untung dari kegiatan tersebut. Bagaimana masyarakat mau maju kalau begitu ???

    BalasHapus
  3. Ismi Yuliandari

    Potensi pertanian di sumatera selatan harus lebih dikembangkan dan ditingkatkan, terutama daerah lahan pasang surut karena sumatera selatan memiliki daerah pasang surut yang luas dan bila dikembangkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sumatera selatan.

    BalasHapus
  4. memang sumsel berpotensi namun pemafaatan maish terbatas mislnya potensi lahan pasang surut

    BalasHapus